Gus Nadir : Belajar Hadits Lewat Cinta
Kali pertama kau tanya apa dalilnya aku mencintaimuKali kedua kau tanyakan lagi apakah rayuan mautku itu shahih, hasan atau dha’ifKali ketiga kau mulai telusuri track recordku: aku menjadi objek jarh wa ta’dilAku tak tahan lagi. Kau pertanyakan ke-tsiqah-anku hanya karena aku lupa tanggal ultah muAku mengelak: aku hanya sekedar menjaga muru’ah sebagai syarat rawi bersikap adilTapi katamu itu bukti ada ‘illat (cela) dalam caraku mencintaimuKu ajak keluarga & kawan2ku untuk meyakinkan dirimu aku serius. Tapi katamu jumlah mereka belum mutawatirAku coba dekati Ayahmu agar sanad hati dan pikiran kami bersambung dan marfu’Katamu Ayahmu tak bersedia menemuiku, maka jadilah sanadku mursal – terputusTak puas kau kritik sanad cintaku, kini mulai kau pertanyakan matan cintakuKatamu kenapa aku bilang “aku cinta padamu”, apakah ada cinta yg lain?Kau ingin redaksiku: “kepadamu aku cinta” agar cuma kamu yg kucintaKau bilang jangan-janga matan cintaku telah dimansukh oleh matan sahih yang lainAku panik dan khawatir cintaku masuk kategori mardudAku coba menulis sajak cinta berikutnya agar ini menjadi shahih li ghairihNamun kamu menggeleng. Katamu cintaku dhaif dan tidak bisa dijadikan hujjahTapi bukankah hadits dhaif masih bisa dipakai utk fadhail amal, katakuMeskipun dhaif, cintaku tidak lantas menjadi bid’ah, aku tetap merayuEngkau tersenyum manis. Semanis tumpukan 9 kitab hadits utama di mejakuKasih, aku mungkin dhaif tapi aku bukan cowok yang majhulCintaku bukan maudhu’. Ini tidak palsuIbaratnya cintaku ini suci seperti hadits qudsiKamu mau kan cintamu dan cintaku jadi muttafaqun alaih?Kamu mengangguk. Sejak itu aku dan kamu jadi shahihain
Tabik,
KH Nadirsyah Hosen
Sumber : http://nadirhosen.net/renungan/hikmah/belajar-hadits-lewat-cinta
Comments
Post a Comment