Rukun-Rukun Wudhu

Pada artikel sebelumnya, penulis telah membahas tentang syarat-syarat dalam wudhu. Maka dalam artikel ini masih akan membahas tentang wudhu. Lebih tepatnya tentang rukun-rukun dalam wudhu. 

Apakah rukun dan syarat wudhu itu penting ? iya, rukun dan syarat wudhu itu sangat penting, karena jika kita tinggalkan salah satu rukun dan syarat saja, maka wudhu kita tidak sah. Jika wudhu kita tidak sah, maka sholat kita pun menjadi sia-sia, karena sholat kita menjadi tidak sah.

Berikut adalah ruku-rukun wudhu :

1. Niat,

Wajib hukumnya kita berniat menyengaja berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil. Rasululloh Saw bersabda : 

"Sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat." (HR Bukhari dan Muslim)

2. Membasuh Seluruh Muka

Batasan muka yang wajib dibasuh adalah dari tempat tumbuhnya rambut kepala bagian atas, sampai tulang dagu bagian bawah. Serta lintangnya adalah dari telinga kanan sampai telinga kiri sebelahnya. Seluruh bagian muka tersebut wajib dibasuh semua, tidak boleh tertinggal sedikitpun. Lalu bagaimana dengan wanita yang mengenakan hijab ? hendaknya hijab tersebut dilepas terlebih dahulu demi kesempurnaan wudhu, setelah selesai berwudhu baru dikenakan kembali.

3. Membasuh Kedua Tangan Sampai Siku

Wajib Hukumnya membasuh kedau tangan dari telapak tangan sampai siku, siku juga wajib untuk dibasuh. Lalu jika siku tidak ikut terbasuh, hukumnya bagaimana ? "Wudhunya sampean tidak sah"

4. Menyapu Sebagian Kepala

Imam Syafi'i berkata : Apabila seorang menyapu bagian aman saja yang dikehendaki dari kepalanya, baik ia berambut atau tidak, maka rambut kepalanya itu dapat disapu baik dengan satu jari, sebagian jari, dengan telapak tangan bawah atau bahkan menyuruh orang untuk menyapu kepalanya. Hal itu sudahlah cukup. (Baca Al-Umm, jilid I, Bab Thaharah, hal, 37)

5. Membasuh Kedua Kaki Sampai Mata Kaki

Kedua mata kaki harus terbasuh, ketika membasuh kedua kakinya.

6. Tertib,

Wajib hukumnya mengerjakan wudhu berurutan sesuai dengan urutan rukun di atas. Kecuali niat dan membasuh muka, keduanya dilakukan secara bersamaan.

Wallahu A'lam,

Muhammad Faruq Maftukhi ibnu Muhammad Nur Mubayyin