Gus Nadir: Mengapa Mudah Tersinggung?
Dalam sebuah penerbangan di tanah air,
begitu pesawat mendarat seorang bapak langsung melepas sabuk pengaman
dan segera berdiri. Pramugari mengingatkan bapak itu untuk duduk kembali
demi keselamatannya. Bapak tersebut langsung marah dan tersinggung
berat karena sudah ditegur. Maka keluarlah kata-kata berbagai isi kebun
binatang dari mulut si bapak. Peristiwa itu disaksikan oleh istrinya
yang berjilbab dan anaknya yang berusia sekitar 7-9 tahun.
Dalam kesempatan lain, seorang ibu berumur setengah baya dengan
tiba-tiba menyerobot antrian panjang. Ditegur baik-baik, ibu ini lantas
marah-marah dan memaki sejumlah orang yang memintanya kembali ke
belakang.
Ada apa ini? Kenapa orang yang salah, ketika diingatkan malah lebih galak dia?
Bagaimana dengan anda? pernahkah seperti itu juga?
Bagaimana dengan anda? pernahkah seperti itu juga?
Problem ini muncul karena kita tidak bisa membedakan antara diri dan
perbuatan kita. Ketika kita melakukan kesalahan, dan lantas ditegur maka
harga diri kita seolah runtuh dan teguran itu merupakan serangan
terhadap diri kita. Padahal sejatinya yang dikoreksi itu adalah
perbuatan kita. Kita ciptakan berbagai excuse untuk membenarkan
ketersinggungan kita tadi:
“Kenapa menegur saya di depan umum?” (lho anda kan melakukan kesalahannya di depan umum? Entar kalau saya bisiki, anda malah kegelian hehehe)
“Kenapa kok cuma saya yang disalahkan? Kan biasanya banyak yang juga
melanggar?” (hanya karena sebelumnya banyak yang melakukan kesalahan
serupa, bukan berarti anda boleh melakukan kesalahan berulang-ulang)
“Ya saya tahu saya salah, tapi jangan begitu dong cara menegurnya”
(kalau anda tidak mau ditegur, maka jangan melakukan kesalahan.
Sesederhana itu)
Sekali lagi, yang ditegur itu adalah perbuatan anda. Bukan diri anda.
Lain halnya kalau orang mengomentari hidung anda yang besar atau mata
anda yang sipit, atau rambut anda yang gondrong. Tapi kalau yang ditegur
adalah perbuatan anda, maka tidak perlu baper. Segera introspeksi, dan jika memang anda bersalah, segera perbaiki kesalahan anda tersebut.
Semua orang pernah melalukan kesalahan. Satu kesalahan tidak akan
membuat harga diri anda runtuh. Justru kalau anda marah-marah saat
ditegur, maka orang lain akan semakin memandang anda dengan negatif.
Kekeliruan menyamakan perbuatan dan diri pribadi ini juga sering
hinggap di benak orang lain. Kita tegur perbuatannya, kita tidak suka
dengan perbuatannya, tapi kita sebenarnya tidak perlu membenci orangnya.
Sekali lagi, mari kita bedakan kedua hal ini: perbuatan dan diri
pribadi. Kalau kita gagal membedakannya, maka begitu banyak orang yang
harus kita benci hanya karena dia melakukan kesalahan atau perbuatan
yang tidak menyenangkan kita.
Setiap manusia bukan saja pernah melakukan kesalahan, tapi kita juga
masih diberi kesempatan untuk memperbaikinya. Selama nyawa masih ada,
setiap detik adalah undangan Allah untuk kita selalu memperbaiki diri
kita guna menjadi pribadi yang lebih baik, dan hidup yang lebih bermakna
untuk sesama.
Maaf, kali ini dalil dan kitab referensi dari catatan di atas anda cari sendiri saja yah...
Tabik,
KH Nadirsyah Hosen
*Sumber: http://nadirhosen.net/renungan/akhlak/195-mengapa-mudah-tersinggung
*Sumber: http://nadirhosen.net/renungan/akhlak/195-mengapa-mudah-tersinggung
Comments
Post a Comment