Kriteria Menantu Kanjeng Nabi Muhammad Saw

    Dewasa ini, dan memang sudah lumrah terjadi di tengah-tengah masyarakat kita, dalam mencari menantu pasti akan dilihat latar belakangnya. Latar belakang orang tuanya, latar belakang perekonomianya, serta latar belakang pendidikanya.

     Jarang sekali ada orang tua yang ketika anak gadisnya dilamar, bertanya kepada calon menantunya, sudah pernah mondok di mana, khatam kitab berapa, ngaji dengan kyai siapa. Pasti rata-rata pertimbangan orang tua adalah materi dan hanya sekedar pendidikan umum. ya walaupun seorang lulusan pondok pesantren bukan jaminan menjadikan seseorang itu baik atau tidak. tapi setidaknya ini harus menjadi standarisasi dalam mencari menantu. Karena seorang suami akan menjadi imam untuk istri dan anak-anaknya baik dalam agama, dunia sampai akhirat.

   Kenapa kita yang mengaku sebagai muslim, mengaku pengikut nabi Muhammad Saw, mengaku cinta terhadap nabi Muhammad Saw, tidak mencontoh beliau dalam hal ini? kalau memang kita berniat untuk mengikuti sunnah nabi, menjadikan nabi panutan, ya mencontohnya jangan setengah-setengah. Jangan hanya pas yang menguntungkan kita saja, atau pas enaknya saja, baru kita  dengan bangganya menyebut ini adalah ajaran nabi Muhammad, ini adalah sunnah nabi sekalian alam.

   Nabi Muhammad Saw  memang mempunyai menantu yang sangat kaya raya, menantu nabi ini adalah saudagar di tanah Makkah. Tidak ada kekurangan materi sedikitpun dalam diri menantu nabi yang satu ini, beliau adalah sayyidina 'Utsman bin 'Affan. Sayyidina 'Ustman sangat kaya raya kala itu, dalam setiap dakwah nabi, pasti ada harta sayyidina Utsman bin 'Affan di dalamnya sebagai biaya dakwah nabi.

   Nabi Muhammad Saw juga mempunyai menantu yang sangat miskin, mlarat rat rat saking gak punya apa-apanya. Bahkan diriwayatkan, ketika pemuda ini melamar sayyidah Fatimah, hanya menggunakan cincin dari besi sebagai tanda cintanya. Menantu nabi ini tak lain adalah sayyidina Ali bin Abu Thalib. Ketika sudah berumah tangga kehidupan serba kekurangan tetap menghiasi keluarga sayyidina Ali dan istrinya. Tapi hal ini tidak sedikitpun mengurangi rasa cintanya Nabi terhadap menantunya ini.

   Dua hal diatas merupakan sesuau yang bertolak belakang, jika kita lihat dari latar belakang materi dan kekayaan masing-masing menantu nabi. Sekelas Nabi Muhammad Saw manusia paling mulia di alam langit dan bumi, memiliki menantu yang sangat-sangat mlarat. Bisa kita bayangkan, manusia yang paling mulia di sisi Alloh, tidak memandang materi kekayaan seseorang dalam memilih menantu. Ukuran yang dipakai nabi Muhammad Saw tidak lain adalah ketakwaan seseorang terhadap Tuhannya.

   Seharusnya kita bisa mengambil sebuah ibrah ,  mengambil sebuah pelajaran dari sesuatu yang telah dicontohkan oleh junjungan kita Nabi paling mulia, nabi paling tinggi derajatnya, yakni nabi agung Muhammad Saw.

   Wallahu A'lam

  *Oleh : Muhammad Faruq Maftukhi ibnu Muhammad Nur Mubayyin

   *gambar diambil dari Google

Comments

Popular posts from this blog

Lirik dan Makna Syair Lir-Ilir, Sunan Giri dan Sunan Kalijaga

Kata Mutiara Hikmah Kyai Sepuh NU Part. 2

Kata Mutiara Hikmah Kyai Sepuh NU Part.3