Pandangan Gus Mus Tentang Wali Alloh dan Paranormal
Menurut bahasa wali itu kebalikan dari kata 'aduw (musuh). Jadi kata wali bisa diartikan sebagai kekasih, sahabat, maupun kawan. pda umumnya wali Alloh diartikan "kekasih Alloh".
Para Ahli Hakikat, berpendapat wali itu mempunyai dua pengertian :
Pertama, orang yang dijaga dan dilindungi oleh Alloh, sehingga dia tidak perlu menyandarkan diri dan mengandalkan pada dirinya sendiri. Sperti dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf ayat 196 :
"Sesungguhnya pelindungku ialah Alloh yangh telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh."
kedua, orang yang melaksanakan ibadah kepada Alloh dan menanti-Nya secara tekun terus menerus tak pernah kendur dan tak diselingi dengan berbuat maksiat, maka Alloh pun mencintainya.
Kedua-duanya menurut ahli hakikat merupakan syarat kewaliyan. Wali haruslah orang yang terpelihara (Mahfuzh) dari melanggar syari'at Islam dan karenanya dilindungi oleh Alloh Swt. Sebagaimana Nabi adalah orang yang terjaga (Ma'sum) dari berbuat dosa dan dijaga oleh Alloh.
Jadi jikalau ada orang yang senang bermaksiat, melanggar syari'at, kok ngaku-ngaku atau mau dianggap wali, jelas dia adalah orang yang menipu atau tertipu.
Ada yang mengatakan tanda-tanda wali Alloh itu ada tiga :
1. Himmah atau seluruh perhatianya hanya kepada Alloh.
2. Tujuanya hanya kepada Alloh,
3. Kesibukanya hanya kepada Alloh.
Ada juga yang mengatakan tanda-tanda wali Alloh; senantiasa memandang rendah dan kecil kepada diri sendiri serta khawatir akan jatuh dari kedudukanya (di mata Alloh) di mana ia berada. (Baca "Jamharat Al-Auliyaa wa A'lamamu Ahli At-Tashawwuf, "hal 73-110).
kalau menuru Al-Qur'an, ini sudah tentu yang paling benar, wali Alloh adalah orang ukmin yang senantiasa bertakwa dan karenanya mendapat karunia tidak mempunyai rasa takut (kecuali kepada Alloh) dan tidak pernah bersedih. Dalam Al-Qur'an surat Yunus ayat 62-63 :
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Alloh itu, idak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa."
Atau dengan kata lain, wali ALloh adalah orang mukmin yang senantiasa mendekat (taqarrub) kepada Alloh dengan terus mematuhi-Nya dan memauhi Rosul-Nya. Sehingga akhirnya dia dianugerahi karomah, semacam "sifat ilmu linuwih" (seperti mukjizat nabi, bedanya, mukjizat nabi melalui pengakuan dan sebagai bukti kenabian; sedangkan karomah wali tidak mengikuti pengakuan kewalian).
Boleh saja orang mempunyai "sifat linuwih", misalnya bisa membaca pikiran orang lain, bisa berkomunikasi dengan binatang atau orang yang sudah meninggal, bisa berjalan diatas air, atau kesentikan-kesentikan lainya. Tapi tentu saja dia tidak bisa secara otomatis disebut wali. Sebab Dajjal, dukun, tukang sihir "ahli hikmah" tukang sulap atau paranormal pun bisa memperlihatkan kesentikan-kesentikan semacam itu. (Ingat David Copperfield pun bahkan bisa menembus tembok besar Cina).
Sebaliknya, bisa saja seorang wali dalam kehidupanya sama sekali tidak tampak "lain" dari orang-orang biasa. lihat saja sembilan wali tanah jawa, yang terkenal punya dengan kesentikan paling-paling hanya sunan Kalijaga yang membuat soko guru masjid Demak dengan tatal, dan sunan Bonang yang mngubah buah pinang tampak menjadi emas.
Jadi, kewalian seseorang tidak diukur dengan keanehan dan kesentikanya, apalagi dengan kenyentrikan pakaian dan perilakunya, melainkan dari kedekatan dan ketakwaan kepada Alloh Swt.
Wallahu A'lam.....
*Sumber : Fikih Keseharian Gus Mus
Para Ahli Hakikat, berpendapat wali itu mempunyai dua pengertian :
Pertama, orang yang dijaga dan dilindungi oleh Alloh, sehingga dia tidak perlu menyandarkan diri dan mengandalkan pada dirinya sendiri. Sperti dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf ayat 196 :
"Sesungguhnya pelindungku ialah Alloh yangh telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh."
kedua, orang yang melaksanakan ibadah kepada Alloh dan menanti-Nya secara tekun terus menerus tak pernah kendur dan tak diselingi dengan berbuat maksiat, maka Alloh pun mencintainya.
Kedua-duanya menurut ahli hakikat merupakan syarat kewaliyan. Wali haruslah orang yang terpelihara (Mahfuzh) dari melanggar syari'at Islam dan karenanya dilindungi oleh Alloh Swt. Sebagaimana Nabi adalah orang yang terjaga (Ma'sum) dari berbuat dosa dan dijaga oleh Alloh.
Jadi jikalau ada orang yang senang bermaksiat, melanggar syari'at, kok ngaku-ngaku atau mau dianggap wali, jelas dia adalah orang yang menipu atau tertipu.
Ada yang mengatakan tanda-tanda wali Alloh itu ada tiga :
1. Himmah atau seluruh perhatianya hanya kepada Alloh.
2. Tujuanya hanya kepada Alloh,
3. Kesibukanya hanya kepada Alloh.
Ada juga yang mengatakan tanda-tanda wali Alloh; senantiasa memandang rendah dan kecil kepada diri sendiri serta khawatir akan jatuh dari kedudukanya (di mata Alloh) di mana ia berada. (Baca "Jamharat Al-Auliyaa wa A'lamamu Ahli At-Tashawwuf, "hal 73-110).
kalau menuru Al-Qur'an, ini sudah tentu yang paling benar, wali Alloh adalah orang ukmin yang senantiasa bertakwa dan karenanya mendapat karunia tidak mempunyai rasa takut (kecuali kepada Alloh) dan tidak pernah bersedih. Dalam Al-Qur'an surat Yunus ayat 62-63 :
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Alloh itu, idak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa."
Atau dengan kata lain, wali ALloh adalah orang mukmin yang senantiasa mendekat (taqarrub) kepada Alloh dengan terus mematuhi-Nya dan memauhi Rosul-Nya. Sehingga akhirnya dia dianugerahi karomah, semacam "sifat ilmu linuwih" (seperti mukjizat nabi, bedanya, mukjizat nabi melalui pengakuan dan sebagai bukti kenabian; sedangkan karomah wali tidak mengikuti pengakuan kewalian).
Boleh saja orang mempunyai "sifat linuwih", misalnya bisa membaca pikiran orang lain, bisa berkomunikasi dengan binatang atau orang yang sudah meninggal, bisa berjalan diatas air, atau kesentikan-kesentikan lainya. Tapi tentu saja dia tidak bisa secara otomatis disebut wali. Sebab Dajjal, dukun, tukang sihir "ahli hikmah" tukang sulap atau paranormal pun bisa memperlihatkan kesentikan-kesentikan semacam itu. (Ingat David Copperfield pun bahkan bisa menembus tembok besar Cina).
Sebaliknya, bisa saja seorang wali dalam kehidupanya sama sekali tidak tampak "lain" dari orang-orang biasa. lihat saja sembilan wali tanah jawa, yang terkenal punya dengan kesentikan paling-paling hanya sunan Kalijaga yang membuat soko guru masjid Demak dengan tatal, dan sunan Bonang yang mngubah buah pinang tampak menjadi emas.
Jadi, kewalian seseorang tidak diukur dengan keanehan dan kesentikanya, apalagi dengan kenyentrikan pakaian dan perilakunya, melainkan dari kedekatan dan ketakwaan kepada Alloh Swt.
Wallahu A'lam.....
*Sumber : Fikih Keseharian Gus Mus
Comments
Post a Comment